Sabtu, 16 Agustus 2008

Pemrov Produksi

Pemprov Produksi

BBM Alternatif

++Dipasarkan Pada 2010

RADAR PALEMBANG, ENERGI – Pemprov Sumsel pada 2010 akan memasarkan bahan bakar alternatif berupa Crude Sintetic Oil (CSO) yang memiliki fungsi sama dengan BBM (bahan bakar minyak). BBM alternatif ini merupakan hasil Riset Unggulan Strategi Nasional (Rusnas). CSO sendiri dibuat dari pencairan batubara yang masih memiliki kualitas muda.

Gubernur Sumsel Mahyuddin NS didampingi inovator UNSRI sekaligus Direktur Lembaga Pengelolaan Pengembangan Energi Baru Terbarukan (PEBT) Sumsel Dr H M Faizal DEA mengungkapkan itu, dibincangi usai melakukan teleconference dengan Presiden SBY masalah energi dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Tehnology Nasional ke XIII di Fakultas Komputer UNSRI, kemarin.

Saat ini, kata Mahyudin, produksi CSO masih kecil baru berkapsitas 60 kilogram per jam dan masih dalam rangka uji coba hasil penelitian. “Kita targetkan enam bulan kedepan semua sudah selesai dipersiapkan. Baik hasil penelitian dan kesiapan terkait. Sebab, tahun 2010 kita targetkan bisa produksi dalam jumlah besar untuk dikonsumsi seluruh masyarakat Sumsel,”tandasnya.

Persiapan secara full akan dilakukan tahun 2009 nanti, kata Mahyudin. Mulai dari pembangunan dan pemasangan instalasi, hingga menejemen pemasaranya di Sumsel. Pihaknya berharap CSO bisa dikonsumsi oleh seluruh kalangan masyarakat tanpa membebani harga. ”Ya, artinya CSO memang harus lebih ekonomis nantinya dibandingkan BBM,”ungkapnya.

Mahyudin menjelaskan, CSO ini merupakan proses pencairan batubara yang masih memiliki kualitas muda dan saat ini cukup besar potensinya di Sumsel. Nanti akan diproses melalui sitem cold blending (pencairan batubara), hasilnya akan diperoleh CSO melalui proses upgrading hidrotyping.

“Bila proses sudah selesai, akan menghasilkan bahan bakar minyak yang sama kualitasnya dengan bahan bakar minyak dari teknolgy petroleum atau BBM yang dikonsumsi pada umumnya saat ini,’’ jelas Mahyudin.

Faizal menambahkan, produk pencairan bahan bakar inilah nanti akan menggantikan BBM. Apalagi dengan kondisi situasi krisis BBM seperti sekarang, bila dilihat dari penggunaanya juga cukup ekonomis.

Sebab proses Cold Blanding tak hanya menghasilkan CSO, juga bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga uap, yang nantinya akan dibangun di kawasan tambang. Terkait dengan program ketepatan produksi listrik menjadi 20 giga Watt.

“Pokoknya multi fungsi lah, melalui bahan bakar batubara rendah kalori ini. Kita bisa menghasilkan berbagai hasil inovasi pengembangan energi memenuhi baku mutu konsumsi,”ungkapnya.

Kelebihan lain, selain diprediksi harganya lebih murah hingga 17 persen dari BBM, bahan bakar batubara syntetic ini juga tak merusak alat-alat pembakaran seperti broiler dan lebih tahan lama.

“Yang ada sekarang, produksi kapasitas tehnology siap baru sebatas semi industri dengan kapasitas 60 kilogram perjam.Tahun depan akan dibangun instalasi Cold blanding dengan kapasitas 1-10 ton per jam di MURA, yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhan komersialisasi tahun 2010 nanti. Biaya, rata-rata kapsitas 1 ton per jam butuh Rp 2 miliar, tapi bila ditingkatkan 6 ton per jam akan bisa lebih irit RP 3 miliar. Ini akan kita suplay dananya dari APBN mencapai Rp 1,56 miliar, Pemerintah daerah Rp 2 miliar dan UNSRI menyumbang fasiliotas tehnis,”ungkapnya Faizal.

Selain menjual dalam bentuk CSO, hasil cold blanding ini juga bakal dikerjasamkan dengan pemilik kilang-kilang minyak seperti PT Pertamina, mampu menghasilkan gas, dengan tingkat produksi 1 ton batubara bisa dikonversi menjadi 310 kilogram gas. “Nantinya akan dimanfaatkan untuk gasifikasi rumah tanggai dan industri ,”jelasnya.

Sementara, untuk riset lanjutan yang masih akan dikembangkan nantinya adalah, biodesel.”Kita akan membuat kebun energi untuk seluruh wilayah yang kurang produktif guna ditanami jarak sebagai bahan baku biodesel,”ungkapnya.

Masih menurut Faizal, teknologinya sudah ada, pilot project di Indralaya dengan kapsitas 100 kilogram per bag. “Sekarang sudah diuji cobakan di 2 unit mobil di Unsri, mencampurkan solar petroleum 90 persen, solar biodesel 10 persen. Hasil dirasakan para sopir, ternyata memang efektif, baik dari sisi asap ramah lingkungan, atapun jumlah konsumsi per kilometer perjam,”jelasnya lagi.

Sebelumnya, pelaksanaan telekonfrence Gubernur Sumsel dengan Presiden berlangsung lancar mulai pukul 10.00 WIB-11.00 WIB. Meskipun dalam kesempatan itu, gubernur Sumsel sempat didera rasa kecewa lantaran waktu diberikan SBY ke Sumsel memaparkan cukup singkat kurang lebih 7 menit. (ayu)

Tidak ada komentar: