Sabtu, 16 Agustus 2008

Investasi naik 100 persen

Investasi Ditarget Naik 100 Persen

*Didukung Program Lumbung Nasional

RADAR PALEMBANG, TARGET - Selama 2008, pemerintah provinsi menargetkan kenaikan investasi sebesar 100 persen di semua sektor. Dari semula perolehan pada 2007 sebesar Rp 10 triliun, maka pada 2008 ini diharapkan mampu menembus angka Rp 20 miliar.

Untuk mencapai target tersebut, menurut Kepala Badan Ketahanan Pangan Sumsel, Qolyubi Nawawi, selain tetap mengandalkan sektor investasi dari lembaga keuangan seperti bank sebesar Rp 4,35 trilliun dan Rp 6 trilliun dari sektor swasta, juga disuport program provinsi yang menjadikan Sumsel sebagai lumbung pangan.

“Program Lumbung Pangan ini akan ikut memicu target investasi pemerintah tahun ini bisa naik 100 persen dari tahun lalu. Di dalamnya tak hanya ada beras, tapi ada karet, kelapa sawit, kopi, kelapa, lada, tebu dan teh yang dijadikan sasaran komoditi andalan Sumsel menembus pangsa pasar luar. Tapi juga memenuhi pasar lokal,’’ kata Qolyubi.

Bayangkan saja, lanjut Qolyubi, kenaikan target masing-masing komoditi cukup signifikan. Rata-rata 7-10 persen ditarget naik. Tak hanya dari target tanaman produksi, tapi juga target penambahan pabrik pengolahan.

Untuk crum rubber saja, lanjut Qulyobi, rata-rata kapsitas per tahun pabrik yang ada mencapai 932.000 ton/tahun dari 23 pabrik. Minyak sawit 2.020 ton TBS/jam dari 40 unit pabrik.

Kopi ada 6 penggilingan penyanggarai dengan kapsitas 240 kilogram/jam, sedangkan penggilingan bubuk kopi ada 6 juga dengan kapsitas 120 kilogram/jam. Lalu pabrik kelapa baru ada 1 unit. Tebu, pabrik baru ada satu unit dengan kapsitas 6.000 ton/hari.

Dengan rata-erata sumbangan Produks Domestik Regional Bruto (PDRB) Karet US $ 1.148.103.000. Kelapa sawit US $ 283.632.000, dan Kopi US $ 11.581.000.

“Untuk membuka peluang kebutuhan investasi hingga Rp 30,35 trilliun total tersebut butuh strategi baru. Dimana, saat ini masing-masing sektor unggulan seoptimal mungkin bisa mendapatkan suambangan devisa,’’ urai Qulyobi.

Diantaranya, lanjutnya, melalui upaya semangat tergabung dengan negara Indonesia-Malaysia-Thailand Growt Triangle (IMT-GT). Menurutnya angka investasi itu berbanding lurus dengan tingkat kebutuhan investasi nasional mencapai 989 trilliun tahun ini.

“Meskipun secara nominal kebutuhan investasi nasional lebih besar, namun tingkat pertumbuhan ekonomi hanya mampu mencapai 6,8 persen. Yakni justru lebih rendah dibandingkan pertunbuhan ekonomi Sumsel mencapai rata-rata 7,5 persen,’’ urai Qulyobi.

Bila hal ini dilaksanakan seoptimal mungkin, target kebutuhan investasi yang akan masuk ke Sumsel akan bisa diperoleh dengan gemilang. Karena, dengan jumlah tersebut setidaknya bisa mengurangi jumlah pengangguran Sumsel tercatat sekitar 362.191 orang dari sekitar 331 juta jumlah angkatan kerja yang ada.

Sayangnnya hingga saat ini, masih ada bebrapa kendala penopang seperti infrastruktur yang masih kurang mendukung. Khususnya banyak daerah centra produksi, sehingga bisamenghambat perlmabatan investasi.

Untuk sektor investasi perbankkan, Qulyobi mengaku, sektor pangan kemungkinan hanya memanfaatkan bantuan kredit dan lainnya. ”Tapi kita hanya bahas sektor pangan, untuk investasi sektor keuangan dan swasta semua digantungkan kebijakan pemerintah agar lebih krirtis dan membaik lagi,” pungkasnya. (ayu)

Tidak ada komentar: